Upaya Menutup Keserakahan Jiwa

Senin, 15 September 2008

Dalam kita kenang sesuatu yang begitu berarti dalam hidup kita, waktu yang terus menerus bergulir akhirnya akan membawa kita kepada tempat yang sangat pantas buat kita dengan bergantung atas apa yang kita lakukan sepanjang hayat kita. Selagi kita masih berdiam di bumi Allah ini kita tidak usah heran seribu gelengan, mengapa yang sudah cukup kondisi kehidupannya, begitu bertambah cukup sehingga disebut sebagai orang2 kaya, dan yang sudah susah makin bertambah payah sehingga bagi yang punya empati akan bilang sangat mengenaskan. Beginilah alur kehidupan yang semu, beginilah kefanaan dunia, dan beginilah mata lahir bisa melihat. Tetapi tidak akan berefek bagi insan2 yang penuh gelimang rahmat, tiada peduli dalam keadaan apapun dia berada, baik cukup, enak, sengsara, kaya, sehat, sakit, miskin, dan lain sebagainya dia tetap tegar dengan genggaman iman dalam kalbunya sebagai penuntun dan cahaya hidupnya.


Jalan kehidupan sangatlah panjang, tidak terbatas hanya dunia saja, namun akan lebih melelahkan bagi yang lelah dalam beramal, dan menjadi nikmat tak terhenti bagi yang terus berjuang dengan iman. Itulah kehidupan setelah dunia, karena memang itulah kehidupan abadi. Dengan berpikir bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah benar2 milik kita yang kekal, maka sesungguhnya kita telah termakan keserakahan jiwa yang mengakibatkan terkikisnya keimanan kita kepada Allah Rabb Al-Izzati. Dan dengan serta merta mengkultuskan bahwa kalau kita menghamba kepada-Nya maka kehidupan duniawi kita akan sempurna secara lahir, itu berarti terbukti akan sindiran Allah di dalam kitab-Nya yang suci bahwasanya apabila datang kekayaan menghampiri manusia maka dia akan berkata bahwa Tuhan sangat menyayangi mereka, dan apabila kemiskinan yang melanda merekapun bilang Tuhan tidak menyayangi mereka. Ini suatu bukti bahwa manusia sesungguhnya hanya mau sesuatu yang enak2 saja, tanpa sadar dengan bersikap demikian berarti dirinya telah rugi yang teramat sangat.

Muttaqin adalah bentuk lahir dari sebuah sifat yang sangat di muliakan Tuhan, guna mengcover ruang gerak keserakahan jiwa tersebut,dan untuk menjadi Muttaqin seseorang tentunya haruslah berdasar pada sifat Taqwa, dan untuk bersifat ini tentu kita harus berlatih dengan sabar, ikhlas dan menerima, atas apa yang Allah amanatkan pada kita baik berupa anak, istri, suami, hartabenda, jabatan, dan lain sebagainya dengan terus bertanggungjawab smpai tiba amanat itu benar2 telah kembali kepada-Nya. Apabila memang kita mampu menjalankan sifat taqwa tersebut, InsyaAllah godaan sebesar apapun, ujian seberat apapun baik berupa apapun, nantinya Allah pasti akan memberikan jalan terbaik dengan menjaga diri kita sehingga termasuk orang-orang yang mendapat kemuliaan dan karunianya, bukan hanya di dunia tetapi lebih pada kehidupan nanti di hari kemudian(akherat). Amiin.

Akhirnya dengan terus berusaha berbakti kepada Tuhan Yang Maha Mulia, mari kita benar2 jaga amanat yang telah ada pada kita sebaik2nya, biarlah berat, susah, letih, jenuh, sakit tetapi itulah sesungguhnya iman kita yang membahana, bukankah dalam tiap tahun siswa2 itupun di uji oleh sang guru untuk terus di uji sebagai peningkatan pengetahuannya agar bisa dikatakan bahwa tahun ini anda sudah naik ke kelas ataupun peringkat sekian, kalau tanpa ujian mustahil akan dapat di ketahui sejauh mana keadaan seseorang itu mampu atau tidak. Dengan pengharapan kalbu terbuka untuk urusan kebaikan dan terhindar dari segala penyakitnya marilah terus membiasakan dengan sifat2 baik dan mulia, selalu menjaga diri dan saudara2 kita seiman sekeyakinan supaya cahaya hidup kita terus bersinar dan tak akan redup.


0 komentar:

Posting Komentar