Teguran Logika untuk Sang Rasa

Selasa, 18 Desember 2012


Diamuk dinginnya fajar, percakapan mengalun dalam gelutnya, rupanya Sang Logika sedang meramu sabda untuk Sang Rasa. Dalam irisan syairnya Sang Logika bertutur:

"Satu sudut pandang saja cukup, kamu telah salah wahai raja bahana, ucapanmu meluluh lantahkan derma sejati
Satu sudut pandang saja cukup, kamu telah keliru wahai periuk fatamorgana, tempatmu tidaklah seluas makna aslimu
Satu sudut pandang saja cukup, kamu telah cela wahai graham gulita, gigitanmu beraroma remukan dada
Satu sudut pandang saja cukup, kamu telah menipu wahai permata palsu, kilaumu hanyalah bualan konyol di keaslian sabda-sabda
Satu sudut pandang saja cukup, kamu telah bersandiwara wahai satria tanpa pesona, ketampananmu bermuka masam dalam hiasan dusta
Satu sudut pandang saja cukup, kamu telah terlihat wahai piningit kesiangan, ku kira wibawa ternyata jubah angkara
Satu sudut pandang saja cukup, kamu tak cukup kuat wahai perahu retak, kau akan menahkodai ketimpangan yang tak ada ijin
Satu sudut pandang saja cukup, kamu coba diamlah wahai gemuruh tanpa simpati, kamu melenakanku yang dalam tapa brata
Disatu sudut pandangku, semua huru hara hati adalah dirimu, yang seperti musang dalam kerakusan
Disatu sudut pandangku, semua jeritan patah-patah adalah dirimu, santunku kau ganggu dengan dalih-dalih biadabmu
Aku terus kau perkenalkan ketakjuban satu dzarroh, tetapi menghapus jabal hikmah, kejam, terlalu kejam, untung ada bisikan yang merdu, yang terus berperang melawan suaramu dalam rayu-rayu,
Demi Allah aku paksakan, menyeberangi gelagat tak pastimu ke dalam hijrahku, Alhamdulillah, istikharahku membuahkan labuhan, bening-bening keyakinan terus muncul, kata sang Alim itu benar, inilah hakiki langkahku, insyaAllah". ____________________________________________________________________________________ Sang Rasa hanya mengangguk dan bersahut:

"Maaf, kawan..... Aku lemah karena pesona, aku membuat semua mengharu biru tanpa sebab, aku membuat gaduh samudera ketenangan hati, para insan arif yang ku lenakan, aku berjuluk seribu kesalahan, aku bermahkota kegelapan, tempatku tak memadai untuk keindahan, makna-makna bathinku tak pernah ada arti, smua niatanku hanyalah sepi, semua tertuntut tanpa rasa, semua tertuntut karena semu nafsu, diiring langkah indahmu kawan, hanya mampu ku sematkan, doa-doa bukan untukmu, tetapi untukku, karena keranjingan kemaksiyatan ku tanam, karena peluru hinaan ku tembuskan untuk kebenaran yang seharusnya ku jaga, untuk keserasihan jiwa yang semestinya ku bina, Ya Allah Ya Rahman Ya Rahiim, Ya Ghaffar Ya Ghaffar........Ighfirlana Yaa Allah, tsabbit imanana Ya Allah, tsabbit imanana Ya Allah, Amiin".

Read more.....