Kami Memilih......

Kamis, 02 Oktober 2014


Seorang anak remaja terpaku diam menjalin asmara dengan terik matahari, kiprahnya hanya mencari keriput rizqi yang tiap kali datang akan ada saja yang menyerobotnya. Syukur selalu terucap manakala senja mendapuk dirinya berkemas ke rumah mengumpulkan koin penuh tanda cinta hari padanya.

Sementara gelagat kemewahan menunjuk-nunjuk apa yang dia maui, tak pernah peduli dengan rasa pahit yang dialami para remaja dalam payah keriting mengasuh kejujurannya mengemban senang dengan senyum lantang sang ksatria. Tiap hajatan tiba, si Mewah memborong para remaja dengan berbagai iming-iming tanpa tahu akan dibawa kemana amanatnya.

Suatu waktu para mewah bermunculan dengan muka memerah padam, bersengketa di ujung waktu, merengek sebagian agar jalan kemewahan tetap pada dirinya, sementara yang lain memilih bermewah dengan cara lain pula. Ada aksi tipu-tipu muka masam, muka sedih di depan remaja dungu yang bagi dia akan mudah dikibuli. Dalam rentang waktu yang tidak sebentar, rupanya para remaja sudah menjadi sedikit tua tetapi belum pikun, walau tidak teguh benar memegang pilihan, tetapi ia memilih kesenangannya mengatur waktu bermesraan dengan rutinitasnya mengais asa daripada bela-bela kepentingan yang aromanya hanya kemewahan.

Ah…sudahlah, aku cukup punya energi yang diberikan Tuhan padaku, untuk aku bersujud dan bersyukur menyaksikan dan merasakan bagaimana kehidupan ini sebagai ajang drama, bagaimana dunia ini yang berkali-kali difirmankan sebagai fatamorgana dan sejenisnya. Aku diam bukan iya dan tidak, tetapi bagi kalian yang peduli pada kami, berjuanglah jangan atas nama kami, pilihan langsung tidak langsung tak akan merubah cara kami menjadi ksatria terik surya, tak akan mengubah cara kami bernafas dalam beratnya langkah, demokrasi yang kalian tunjukkan adalah hadirnya KPK sebagai bentuk konsekuensi dan tontonan tak penting bagi kami, ijinkan saja kami memilihkan kendaraan kalian serta ijinkan saja kami memilih pemimpin kami yang enak dan tidaknya kami rasakan sendiri, silahkan menghitung untung yang kalian rinci kami tidak iri, kami sudah sedikit tua dari masa remaja yang kalian ajarkan bagaimana menjadi diri kami sendiri.

Read more.....

Bergairahlah kawan.....

Rabu, 19 Juni 2013


Melongok kembali gairah, terus ku raba senyum untuk menghadirkan sedikit nilai dari gabungan rasa. Otak atik gelagat tawa yang tertimbun nuansa semilirnya aliran udara, hmmm...nampak nyaman walau sebentar. Halo ku sapa, kerut siang yang tak kunjung membuncah, tapi ku paksa juga agar ia segar bersama terik surya.

Ayolah kawan bergairahlah menghela laju problema yang kian hari kian menumpuk indah, seindah nikmat Tuhan bagi yang pandai bersyukur, tak usahlah tersungkur di gerigi pesimis kehidupan karena kita hanya akan menjadi bahan gunjingan yang tak sedap.

Terlampau singkat hanya memberi kesan suram bagi jalan kita, karena kasih sayang yang diberikan alam pada kita adalah ajaran alamiah yang patut direnungkan. Jangan sekali-kali menyumbatnya dengan ego kita yang tak sepatutnya.

Plong kan kebersihan jiwa dalam anugerah, syair para burung itu menggelembungkan bahasa dinamika yang terus sempurna dalam mengiring damai proses ini, ayo alihkan isu genting yang mengakibatkan kiamat hati, tanpa nur bimbingan Tuhan, sematkan keikhlasan yang tumbuh pelan tapi pasti di tepi harapan yang ada.

Rumah hati, sangat fleksibel menampung satu dua dst para hati yang terus menyandar dan disandarkan karena semua rasa itu milik Tuhan yang dititipkan pada kita, agar kita tidak mudah terlena.

Allahu A'lam.

Read more.....

Di Gelaran Hijau Medini

Kamis, 04 April 2013

Di gelaran hijau Medini,
Pernah aku memapah sebelah sayap, dan bertamu
Pernah aku tak membawa, sebilah kekuatan karena, demi kehormatan rasa


Di pelataran sejukmu Medini, aku bernaung gembira
Usil sana sini berdendang hati
Tanpa sadar ditiupan senja, menganga gayuh keindahanmu,

Medini, di lereng pertapaan,
Ia mengajarkan kasih di tiap sudut tanpa tepian
Bahasa damai di bungkusan lelah,
Mengatur waktu sang pengelana lara

Medini, hamparan gelut nyali,
Nyali besar sang syukur pada PemilikNya
Hingar bingar langkah sepasti canda,
Karena malam siang tak pernah beda
Selalu ada gema dilantik makna,
Lembut lentik arus logatnya
Yang tak tertawan ia yang lupa,
Lupa akan Sang Pesona

Read more.....