Bebas

Minggu, 30 November 2008




Ku katakan dengan jujur engkau adalah saudaraku, engkau orangtuaku,
tetapi aku baru bisa menganggap saja,
ketika hatiku bersinar kemilau bak nur kebaikan, maka semua akan baik-baik saja
tetapi, terkadang........
kebuasan menyelimuti diri bak gumpalan hening yang pekat
lalu anggapanku akan menjadi apa, bila ada salah satu berada di dekatku,
karena aku sedang bergelut dengan segala kebebasan,
mungkin bebas sebebas-bebasnya
asalkan tak terlihat bapak polisi, satpam, ataupun pak RT,
Tuhan Maha Melihat tetapi aku lupa, Tuhan Maha Tahu tetapi aku sudah terbuai
aku ingin berhenti tetapi tanggung....??????
aku lanjutkan dan terus lalu sampai ah... ini semua...
pengaruh mungkinkah, tetapi aku kan bebas, bergaul siapa saja, dengan apa saja
asyik kan??? iya mungkin..
jauh hariku kedepan yang akan menjadi paling depan,
apa sepertiku, apa..???
generasi yang mana lagi dipilih kalau sepertiku semua...mari tak terlambatkah saat ini menggapai prinsip
"STOP UNTUK PERGAULAN BEBAS, INSYAALLAH SELAMAT"


Read more.....

Bulanpun Telah Terbelah

Jumat, 28 November 2008


Moon Split: From NASA - The best bloopers are here

Kekuasaan Tuhan tiada duanya, antara pengetahuan dan wahyupun tidak ada kesenjangan, Subhaanallah, Subhaanaka maa khalaqta haadzaa baathila.


Read more.....

Kahlil Gibran

Senin, 17 November 2008

Coba ku pikirkan, dan coba bantuku dalam berpikir
mengapa setiap yang berada dikita seakan milik kita,
bukannya milik Dia Yang Maha Agung,
seperti sang anak bak anak panah dan para oarangtua adalah busurnya,
sebagaimana lantunan indah sang legenda kata;

Anakmu bukan milikmu
Anakmu bukan milikmu
Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri

Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau
Mereka ada padamu, tetapi bukan hakmu
Berikan mereka kasih sayangmu, tetapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu
Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri

Patut kau berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak untuk jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
Yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam impian

Kau boleh berusaha menyerupai mereka
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
Pun tidak tenggelam di masa lampau

Kaulah busur dan anak-anakmulah anak panah yang mluncur
Sang pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian
Dia merentangmu dengan kekuasanNya
Hingga anak panah itu melesat jauh serta cepat
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap

Demikian bukan sabda
tetapi inilah realita


Read more.....

Hidup Lagi Setelah 17 Jam Meninggal

Senin, 10 November 2008


CHARLESTON - Keajaiban telah terjadi pada nenek ini. Betapa tidak, dia hidup lagi setelah dinyatakan meninggal selama 17 jam akibat gagal jantung.
Jantung Velma Thomas (59) telah berhenti tiga kali dan para dokternya mengira dia sudah meninggal. Namun ketika semua alat bantu dicopot, Velma ternyata malah bangun.

Akhir pekan lalu, Velma dilarikan ke sebuah rumah sakit di West Virginia karena jantungnya berhenti berdenyut setelah mengalami gejala serangan jantung. Lebih dari 17 jam kemudian perempuan itu tidak menunjukkan aktivitas otak.
Dokter pun mencoba segala cara untuk menyelamatkan hidupnya, termasuk hipotermia, yaitu menurunkan suhu tubuhnya, dan menstimulasi otak.


Namun segala upaya itu tidak membuahkan hasil. Menurut ahli penyakit dalam, dr Kevin Eggleston, tidak ada tanda-tanda berfungsinya saraf di tubuh perempuan itu.
’’Sudah tidak ada lagi kehidupan. Kulitnya sudah mulai mengeras. Tangan dan kukunya mulai menekuk,’’ kata Tim Thomas, putra Velma.

Namun mereka masih sulit mengambil keputusan melepas semua alat bantu, meski akhirnya mereka sepakat karena tidak ada harapan lagi.

Terjadi Keajaiban

’’Saya katakan, ’Tuhan, tunjukkan kami sesuatu’,’’ kata Daniel Pence, salah satu kemenakan Velma, kepada ABC News.
’’Kami hanya berdoa, berdoa, dan berdoa. Dan saya sampai pada kesimpulan ibu tidak bisa bertahan. Saya merasakan kedamaian, bahwa saya telah mengambil keputusan,’’ kata Tim setelah memutuskan mencopot alat bantu Velma.

Di saat keluarga mengucapkan selamat tinggal, para perawat mulai melepas respirator. Mereka pun mulai membicarakan rencana pemakaman. Tim pun meninggalkan rumah sakit untuk mengurus pemakaman.

Lalu, terjadilah keajaiban itu. Sepuluh menit setelah perawat mematikan respirator dan melepas selang dari hidungnya, Velma bangun. ’’Dia menggerakkan tangan, tetapi kami kira itu gerakan reflek,’’ kata Pence.
Para perawat pun menelepon Tim yang sudah beberapa mil meninggalkan rumah sakit, lewat ponselnya. Mereka mengatakan Velma sudah bergerak dan menunjukkan detak jantung.

Velma ternyata kemudian menggerakkan tangan, kaki, lalu batuk dan membuka mata. Keajaiban terus berlangsung ketika perempuan tua itu mulai berbicara.
Begitu Tim tiba lagi di rumah sakit, Velma mulai menanyakan keberadaannya. ’’Dia mulai bertanya, ’Mana anak saya?’’ kata Tim.

Sang dokter pun tidak banyak bicara. ’’Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan oleh dokter dan perawat seperti kami. Dan ini salah satunya,’’ kata Eggleston.

Sumber : Suara Merdeka


Read more.....

Nasehat Muslimah


Ada hal-hal yang kurang menjadi perhatian kita. Dari Abi Hurairah rasulullah SAW bersabda : “ Tsalaatsun jidduhunna jiddun, wahazluhunna jiddun “. Tiga hal yang sungguh-sungguh itu menjadi benar ( sungguh2), dan CANDA itu menjadi sungguh-sungguh.tiga hal itu adalah : Nikah, Thalaq dan Ruju’.(H.R At Tirmidzi ).

Nasehat Umamah binti Harist kepada putrinya, Ummu Iyas binti ‘Auf pada malam pernikahannya :


Putriku, sesungguhnya engkau telah memisahkan dirimu dari lingkungan yang darinya engkau keluar. Engkau telah meninggalkan lingkungan yang darinya engkau berkembang. Seandainya seorang perempuan tidak membutuhkan seorang suami, karena kecukupan dari orang tuanya, dan juga kebutuhan orang tuanya yang sangat kepadanya, maka engkau menjadi seorang yang sangat tidak membutuhkan seorang suami. Namun perempuan diciptakan untuk lelaki dan baginya lelaki tercipta.”.

Nasehat pertama dan kedua : Engkau harus rendah hati,
senantiasa bersikap menerima apa yang diberikannya padamu, selalu mendengarkan dan taat kepadanya(sepanjang semua itu tidak menyalahi ketaatan kepada Allah ta’ala).

Nasehat yang ketiga dan keempat : hendaklah engkau menjaga kebersihan sesuatu yang kepadanya hidung dan mata suami tertuju. Jangan sampai ia menciummu kecuali engkau dalam keadaan wangi.

Nasehat yang kelima dan keenam. Hendaknya engkau selalu siapkan waktu tidur dan makan baginya, karena akan membuatnya mudah marah.

Nasehat yang ketujh dan kedelapan, hendaklah engkau menjaga hartanya, memelihara kehormatannya dan kehormatan putra putrinya.

Dapat mengurus harta adalah perhitungan yang baik. Dan dapat mengurus anak adalah kemampuan mengatur yang baik.

Nasehat kesembilan dan kesepuluh : Janganlah engkau melanggar perintahnya, jika engkau melanggar perintahnya akan membuat hatinya dongkol, dan janganlah engkau menebar rahasianya, yang pantas engkau simpan, maka jika engkau tebar, engkau tidak bisa menjaga kehormatannya.

Kemudian tidaklah engkau tidak tampak senang dikala ia sedih dan tampak sedih dikala ia dalam keadaan berbunga-bunga. Kebahagiaan bukan ditangan orang lain, tetapi ditangan engkau sendiri.

Wasiat ummu Mu’asyirah pada anaknya tatkala malam pernikahan :

Wahai anakku : Bersiap-siaplah engkau pada kehidupanmu yang baru.
Jadilah engkau istri baginya dan ibu untuknya.
Jadikanlah dirimu menjadi tempat tumpuan disegala hidupnya, seakan-akan engkaulah segala-galanya dalam hidupnya, dunianya.

Ingatlah selalu bahwa setiap lelaki kecil ataupun besar lelaki itu, seringan-ringan perkataan yang harus engkau fahami adalah bahwa jangan jadikan dirinya merasa dengan perkawinannya padamu engkau haramkan/jauhkan seluruh keluarganya. Perasaan ini biarkanlah tumbuh dari dirinya, jangan dari dirimu, karena sesungguhnya ia telah meninggalkan rumah dan keluarganya hanya karenamu, keadaannya sama dengan keadaanmu yang sama-sama telah meninggalkan keluarga dan rumah kalian, perbedaannya kamu perempuan ia lelaki.

Biasanya perempuan lebih lengket pada keluarganya, tapi biasakanlah dirimu akan kehidupan baru ini, jangan kau bebani suamimu menanggung beban keluargamu, dan menjadi tanggungjawabnya.

Wahai anakku, inilah kehidupanmu hari ini dan masa depan. Ayah dan Ibumu adalah masa lalu. Bukan aku mengatakan lupakan kami ayah. Ibu dan saudara-saudaramu, karena bagaimanapun keluargamu tak akan pernah melupakanmu. Bagaimana seorang ibu bisa melupakan anak buah hatinya, tetapi aku meminta padamu cintailah ia, hiduplah bersamanya dan bahagiakanlah hidupmu dan hidupnya bersama-sama.

Akhir kalam : Ketahuilah wahai para suami, para istri
Penikahan adalah suatu hal yang sacral, sebelum/sesudah menikah hendaknya masing-masing tahu apa hak-hak dan apa kewajiban masing-masing pihak.islam telah menetapkan dan mengajarkan semua itu tak ada satu pasanganpun akan didzalimi, karena hukum Allah sangat adil.

Akhir kata dari penulis.


Tanah ini sudah sedemikian tandus, gersang, mengeras, membatu di ujung sana, tanah itu mengepul, berdebu gerimis tak lagi mampu menyegarkan pucuk daun tunas kehidupan,
apalagi menumbuhkan bulir padi atau biji-biji yang sudah lama terkubur di bawah debu-debu berkerak tak ada orang yang mengenang gerimis,

kecuali mereka yang sedang asyik mesum bercengkerama katanya,

gerimis menambah syahdu
gerimis bukan cerita sambikala
gerimis dilupakan atau memang tak mampu menuang botol
ingatan

Dimana rendra, sutarji, chairil, dan teman-temannya mengapa hanya terselip dalam buku-buku cerita memainkan kata-kata

Didalam tanah yang mengerak ini tersimpan bom gempa, dan dari atas batu-batu berjatuhan menimpuk kepala

Seberapa banyakkah kata-kata yang diperlukan untuk menghadapi itu semua,
"berlindung!" cukup,
satu kata selanjutnya..... bukan kata-kata.

Wassalam. Kairo 16 Mei 2005 Rahima (36 thn)

Read more.....

Pemilik Kekayaan Hakiki

Minggu, 02 November 2008


Artikel - Cahaya Langit
Seorang sahabat bernama Andi, -bukan nama asli-, berkisah bahwa ia pernah bekerja di sebuah perusahaan Yahudi. Ia sudah menjadi manusia yang kaya raya di usianya yang lagi belum mencapai 40 tahun. Lebih dari 200 negara sudah ia sambangi. Semua itu dilakukan demi mencari kekayaan dunia untuknya, dan untuk perusahaannya yang dimiliki orang Yahudi.

Dia bertutur betapa satu sen pun harus dikejar dalam bisnisnya. Kerugian meski hanya satu dollar akan membuat pemilik usaha menjadi panik. Apalagi model krisis global seperti saat ini.

Selalu mencari harta. Mengejar kekayaan dunia. Takut miskin. Itulah yang selalu tertanam dalam benaknya!

Namun dalam sebuah tugasnya di Maroko, Afrika Utara. Andi ini singgah di sebuah perkampungan muslim yang sederhana lagi bersahaja. Sebagai seorang muslim, kehadirannya di kampung itu disambut dengan baik oleh muslim di sana.


Andi dijamu makan dan makanan untuk disantap pun sudah tersaji dihadapan. Namun tidak seorang pun mulai menyantap makanan dan Andi pun belum lagi dipersilakan. Hingga seseorang datang ke dalam ruang makan lalu menyampaikan berita kepada tuan rumah dalam bahasa Arab. Usai itu, Andi pun dipersilakan untuk makan.

Saat menyantap hidangan itu, Andi diberitahu oleh tuan rumah bahwa warga kampung muslim tersebut tidak akan pernah menyantap makanan, selagi mereka belum merasa yakin bahwa di luar sana tidak ada seorang pun yang kelaparan. Warga di dusun tersebut saling berbagi makanan antara satu rumah dengan yang lain. Dan orang yang datang sebelum santap makanan tadi, adalah pembawa kabar bagi tuan rumah yang menyampaikan bahwa ia sudah membagi makanan bagi penduduk kampung yang belum mendapat makanan.

Andi malam itu mendapat pelajaran berharga bahwa berbagi kepada sesama akan membawa ketentraman dan kebahagiaan. Penduduk desa ini mayoritas adalah penduduk miskin, namun mereka bahagia dengan cara berbagi kepada sesama. Inilah pelajaran yang jauh berbeda dari apa yang Andi dapatkan di perusahaan tempat ia bekerja.

Usai dari Maroko, ia ditugaskan untuk terbang ke Cairo, Mesir. Perjalanan bisnis malam itu membawa dirinya untuk menyewa sebuah taksi di sana. Taksi di kota Seribu Menara itu dimiliki oleh perorangan, dan kebanyakan armadanya sudah jelek dan bobrok.

Malam itu Andi membuka pembicaraan dengan sopir taksi Mesir demi memecah kebekuan. "Berapa uang yang kau hasilkan dalam sehari dengan membawa taksi seperti ini?" Andi melempar tanya kepada sopir taksi. Dibenaknya Andi akan membayangkan betapa jauh penghasilan yang akan disebutkan oleh sopir taksi ini dibandingkan penghasilan yang ia dapatkan di perusahaan Yahudi terkenal. "Aku tak membawa taksi ini seharian!" jawab sopir itu dengan bahasa Inggris sekenanya.

"Apakah kamu punya pekerjaan lain di luar sana?" kejar Andi. "Alhamdulillah, aku punya dua pekerjaan yang diberi Allah untukku. Dari pagi hari sampai sore aku bekerja di restoran, malam harinya aku menjadi supir taksi!" sahut sang sopir.

"Apakah hidup di Mesir sudah sedemikian sulit sehingga engkau harus bekerja double dan mencari nafkah sampai malam?" tanya Andi lagi. "Tidak...., hidup di negeri ini amat nikmat sekali! Dari pagi hingga sore aku mencari nafkah untuk diriku dan keluarga dan itu cukup untuk kami..." jelas sang sopir. "Lalu mengapa engkau menjadi sopir taksi?" kejar Andi.

"Saudaraku...., hidup ini hanya sekali. Dan aku ingin hidup yang cuma sekali ini berarti untuk bekalku setelah mati. Maka sudah beberapa lama ini aku membawa taksi agar aku bisa mencari tambahan penghasilan dan kemudian aku sedekahkan kepada mereka yang membutuhkan." jelas sang sopir.

Degg...! kalimat itu terasa bagai kilat menyambar di hati Andi. Betapa hebat niat sopir taksi itu gumamnya. Tak pernah dengan kekayaan yang dimiliki, Andi bercita-cita mulia seperti itu. Tak berani ia meneruskan pembicaraan dengan sopir taksi. Dalam hati Andi bergumam bahwa seluruh harta yang ia cari rupanya belum apa-apa, dibandingkan kekayaan hati yang dimiliki penduduk muslim miskin di Maroko dan supir taksi shalih yang ia temui di Cairo, Mesir ini.

"Rupanya umat Islam lah yang memiliki kekayaan yang hakiki!" gumam Andi.



Rasulullah SAW bersabda, Siapa di antara kalian di waktu pagi ia merasa aman rumah tangganya, sehat badannya, dan mempunyai persediaan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah ia telah mendapatkan kebahagiaan dunia dengan semua kesempurnaannya. HR. Tirmidzi



Read more.....

Hafalan Sholat Delisa (Thouchy)


Ada sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.

Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya sholat jama'ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk sholat subuh. Tapi lama-lama ia bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah.
Setiap sholat jama'ah, Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat keras-keras agar Delisa yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan sholat itu.

Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Begitu juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan sholat agar sempurna. Agar bisa sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman pun berjanji akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.


Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah sudah membelikan seuntai kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.


26 Desember 2004

Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa. Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya. "Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi kalian sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk.

Delisa pelan menyebut "ta'awudz". Sedikit gemetar membaca "bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinya pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".

Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan.

Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa, tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti", lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.

Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi panik. Kacau balau. "GEMPAR"!

"Innashalati, wanusuki, wa-ma... wa-ma... wa-ma-yah-ya, wa-ma-ma-ti..."

Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya Allah, Delisa takut... Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman, sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking?

Delisa ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama kalinya ia bisa membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah...

Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras ... SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusuk. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap. Gelombang tsunami tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya keras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa. Delisa terus memaksakan diri, membaca takbir setelah "i'tidal..." "Al-la-hu-ak-bar..." Delisa harus terus
membacanya! Delisa tidak peduli tembok yang siap menghancurkan kepalanya.

Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanya menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy Allah." Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap Kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret. Tubuh Delisa terlempar kesana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar besi sekolah. Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisa sudah tak bisa menjerit lagi. Ia
sudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air keruh. Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya. Sikunya patah. Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah. Darah menyembur dari mulutnya.

Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil menghela nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang
diatasnya.

"Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang...!" Ibu Guru Nur berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid.

Minggu, 2 Januari 2005

Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya. Tubuhnya tersangkut di semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang pucat tak berdarah. Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar, tubuhnya dipenuhi bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya, berkemilau, menakjubkan! Delisa segera dibawa ke Kapal Induk John F Kennedy. Delisa dioperasi, kaki kanannya diamputasi. Siku tangan kanannya di gips. Luka-luka kecil di kepalanya dijahit. Muka lebamnya dibalsem tebal-tebal. Lebih dari seratus baret di sekujur
tubuhnya.

Aisyah dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat Fatimah juga sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi Usman hanya memiliki seorang bidadari yang masih belum sadar dari pingsan. Prajurit Smith memutuskan untuk menjadi mu'alaf setelah melihat kejadian yang menakjubkan pada Delisa. Ia mengganti namanya menjadi Salam.

Tiga minggu setelah Delisa dirawat di Kapal induk, akhirnya ia diijinkan pulang. Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari diliputi duka. Tapi duka itu tak mungkin didiamkan berkepanjangan. Abi Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang dibangun kembali dengan sangat sederhana.

Delisa kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan anak-anak korban tsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan seadanya. Delisa kembali mencoba menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Ia sama sekali sulit menghafalnya. "Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa. Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan." Begitu kata Ubai salah seorang relawan yang akrab dengan Delisa.

21 Mei 2005

Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah bukit. Hari itu Delisa sholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Tidak terbolak-balik. Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai sholat, Delisa terisak. Ia bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan sholat dengan baik. Sholat yang indah. Mereka belajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang dibawanya dengan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari situ. Ketika ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa terperanjat.
Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.

Kemilau kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang berbuah. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tersangkut. Ada huruf D disana. Delisa serasa mengenalinya. D untuk Delisa. Diatas semak belukar yang merah buahnya. Kalung itu tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia.
Putih. Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.

UMMI...............

Sumber : Griya Melati

Profil Asli Penulis


Read more.....