Kami harus bilang apa hai awan, ….. kau ajak tubuh kami kesini, kami saksikan senyum itu indah dibalik tebal tipis bajumu, kami harus berkata bagaimana kawan, telah kita tanjaki jalan setapak mungil berisi sunyi ini.
“Syairkan humor hatimu melalui pandanganmu, di tepi-tepi jurang menganga yang syarat makna, di kepak-kepak bulu sayap kalian yang mempesona, di temari daun-daun yang rindang riang, nyatakan kesungguhan untuk berdiam, membasuh kering hati, menelurkan bunga-bunga bermakna sholehah, yang bertahta diatas bukit berbunga cinta.” Lillahi Ta’ala, lizdzdikri, lil’ibadah, Amiin.
Kalimat awan mengunci, mematri dan menjadi cermin.
“Syairkan humor hatimu melalui pandanganmu, di tepi-tepi jurang menganga yang syarat makna, di kepak-kepak bulu sayap kalian yang mempesona, di temari daun-daun yang rindang riang, nyatakan kesungguhan untuk berdiam, membasuh kering hati, menelurkan bunga-bunga bermakna sholehah, yang bertahta diatas bukit berbunga cinta.” Lillahi Ta’ala, lizdzdikri, lil’ibadah, Amiin.
Kalimat awan mengunci, mematri dan menjadi cermin.
0 komentar:
Posting Komentar