Bercermin Ramadhan

Selasa, 07 Oktober 2008


Pergimu tak pernah aku kehendaki, tetapi kehendak Allah 'Azza wa Jalla yang menyelaraskan aturan waktu dari ramadhan ke bulan syawal. Kembali diperbolehkan berbuka atau kembali kepada rutinitas biasa, tanpa di haramkan makan minum pada siang hari itulah 'idul fitri, menunaikan membayar zakat fitrah saling bersilaturrahim pada saudara, tetangga, teman, dan kerabat jauh itulah suasana bulan syawal di negara kita.

Bayangan ramadhan bagi kaum alim, akan selalu melekat pada hari2 selepasnya, meningkatkan ibadah, meningkatkan kebajikan dan selalu menjaga diri, menahan diri dari keburukan hidupnya, namun akan sangat ironis bagi kaum awam, makna berlalunya ramadhan banyak yang menandai dengan sesuatu yang tiada manfaatnya bahkan lebih condong kepada kemudharatan. Sesuatu itu dapat berupa membuat dan membunyikan petasan dengan beaya besar yang penuh dengan resiko terkena ledakannya sementara banyak sekali saudara kita yang kurang mampu memikirkan apa yang harus dimakan esok pagi, karena mereka tidak mempunyai modal membeli kebutuhan pokok. Dan juga banyak sekali hura-hura lebaran dengan tanpa menyisihkan sebagian rezeqinya untuk bershodaqah dan menyumbang pada mustahiq ataupun lembaga/organisasi sosial keagamaan. Memang tidak semuanya demikian, akan tetapi hampir bisa dipastikan dengan datangnya lebaran ('idul fitri) maka seakan dimulailah genderang pesta bagi sebagian besar kaum muslim khususnya di Indonesia (Jawa).


Oleh karena itu, 1 Syawal bukan hari pembebasan sebebas-bebasnya. Melainkan hari pertama kita mulai terjun ke medan pertarungan melawan hawa nafsu dan setan, seteleh sebulan penuh kita berbekal iman dan kekuatan ruhani. Karena itu kita harus menang. Kita harus kendalikan nafsu itu ke arah yang positif, bukan malah dikendalikan nafsu ke arah yang buruk. Kita harus bergegas dalam kebaikan-kebaikan seperti kita dalam suasana Ramadhan. Bila kita kalah berarti perbekalan kita selama Ramadhan tidak maksimal. Tidak sungguh - sungguh. Tidak sedikit dari saudara-saudara kita seiman, yang langsung KO justru pada tanggal 1 Syawal. Artinya, begitu mereka masuk bulan Syawal seketika itu mereka terperosok dalam gelimang dosa.

Nabi saw. tidak ingin kita kalah lagi. Itulah rahasia mengapa kita disunnahkan menambah puasa lagi minimal 6 hari di antara bulan Syawal. Nabi bersabda: bahwa siapa yang menambah puasa 6 hari di bulan Syawal, ia akan mendapatkan pahala puasa setahun, seperti pahala puasa yang didapat umat-umat terdahulu. Mengapa puasa Syawal? Ini suatau isyarat bahwa kita harus terus mempertahankan diri seperti dalam suasana Ramadhan. Suasana di mana kita tetap dekat kepada Allah swt. Sebab seorang yang menahan nafsunya, tidak akan didekati setan. Bila setan menjauh maka malaikat mendekatinya. Bila malaikat mendekatinya otomatis ia akan semakin dekat kepada Allah. Ingat bahwa seorang yang dekat kepada Allah, ia akan mendapat keutamaan yang luar biasa: tidak saja doa-nya mustajab, melainkan lebih dari itu ia akan dijauhkan dari rasa sedih dan galau. Allah befirman: “alaa inna awliyaa Allahi laa khawfun ‘alaihim walaa hum yahazanuun (ketahuilah bahwa orang-orang yang dekat kepada Allah mereka tidak akan mendapatkan rasa takut atau kekhawatiran dan tidak akan pernah dirundung kesedihan).”

Marilah kembali mengenang ramadhan sebagai pegangan cara membiasakan diri menjalankan perintah Allah, menjauhi segala larangan, meminimalkan salah dan dosa dengan senantiasa berdzikir dan memohon ampun kepada-Nya. Ibarat tubuh barang kali ramadhan adalah jiwa kita dengan semangat syawal yang akan membangkitkan gairah positif membentuk insan muttaqin. Bersama-sama dimulai di bulan penuh kebahagiaan ini (syawal) singsingkan lengan baju meraih kembali lailatulqadar-2 yang sebenarnya banyak kita jumpai di luar ramadhan, dengan cara terus bercermin dengan kebaikan dan amalusshaleh. Mudah-mudahan setiap bulan dalam kehidupan kita sebagaimana ramadhan. Amiin Ya Rabbal 'alamiin.

Taqabbalahhu minnaa waminkum shaalihal a’maali, wa kullu ‘aamin wa antum bikhairin (semoga Allah menerima amal-amal baik kita, dan semoga dalam semua hari-hari sepanjang tahun kita selalu dalam kebaikan).





2 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga Ramadhan bisa mengajarkan kita menjadi manusia yang IKHLAS ...

Anonim mengatakan...

Amiin Yaa Rabbal 'alamiin.

Posting Komentar