Tuhan Maha Adil

Selasa, 25 September 2012

Menggembalakan hati, bergumam dalam tantangan jemari kehampaan yang tadinya liar, menjadi riuh asha yang berkepanjangan

Ayolah waktu, janganlah kau berjalan seperti biasanya, bantu aku memperlambat rasa, berputarlah sepelan mungkin, supaya gembalaanku kenyang dengan rerumputan gelora

Kalau kau penuhi sebetulnya, telah ku pinang para awan dan cahaya siang dengan serbuk-serbuk dusta yang sepertinya menjanjikan


Alhamdulillah, matahari tetap beputar seperti biasa, Tuhan selalu Maha Adil, bukan gembalaanku saja satu-satunya mahluk yang harus diperhatikan-Nya, tetapi semua dalam kendaliNya,

Hingga batas tertentu, kesadaran menyelimuti semua persangkaan.

Read more.....

Kisah Rumput dan Kutilang

Rabu, 19 September 2012

Senja meliuk damai di penghujung hari, mentari mulai mencoba manja dengan sinarnya yang lembut. Terbanglah burung kutilang nan cantik sedikit merajuk, menghunus amarah yang nampak lekat dari binar matanya. Seanggun kegelisahan ujung senja yang akan berganti malam, ia hampiri goyangan rerumputan yang pulas pada diamnya.

“Hai, kau sudah tahu aku, aku paham sama kamu lho?” selorohnya cetus. Rumput itupun menyahut: “Iya, aku tahu, pasti kamu kutilang kan?”. Keakraban pun terjalinlah. Denyut persahabatan yang lazim dari keduanya berjalan sangat indah. Danau telaga yang mengawasi pun nampak tertegun iri melihat mereka.

Laju waktu mencoba mengurung keduanya dalam canda dan coba. Aliran-aliran mimpi terus membayang dalam temaram perjalanan. Rumah takdir yang akan ditempatipun menjadi sisi gamang penuh keraguan, berjejal persoalan merakit tembok komitmen.

Kutilang hanya menitip benih teman dan kehakikian, jangan sampai kedekatan itu berbuah tidak semestinya. Rumput yang terus berfikir mencari posisi logisnya, hanya mencoba tetap tenang dan menenangkan roda hatinya yang dirundung dilema. Tak sepatutnya kutilang terjebak dalam sangkar kering dan lusuh.

Rumput yang terus menatap langit jingga, berbagi wahana kemampuannya, menebar senyum, membagi gurau, mengalihkan problema menjadi karunia. Ia hanya butuh kutilang kembali bernyanyi, kembali ceria, melepas jauh memori senyap tanpa makna, tak lebih dari itu. Rumput sadar akan posisinya, dan pembelajaran proses hidupnya yang ia rasa sebagai nikmat besar dari Tuhan.

Dalam keramahan demi keramahan waktu merekapun kembali berjuang menjalani keakraban mengharap ridla Tuhan, agar garis takdir menjadi jelas, benar dan terarah sesuai kondisi sewajarnya.Entah sampai kapan hanya Tuhan penentu segalanya yang Tahu.

Read more.....

Bergairahlah, kawan....Ayo!


Melongok kembali gairah, terus ku raba senyum untuk menghadirkan sedikit nilai dari gabungan rasa. Otak atik gelagat tawa yang tertimbun nuansa semilirnya aliran udara, hmmm...nampak nyaman walau sebentar. Halo ku sapa, kerut siang yang tak kunjung membuncah, tapi ku paksa juga agar ia segar bersama terik surya.

Ayolah kawan bergairahlah menghela laju problema yang kian hari kian menumpuk indah, seindah nikmat Tuhan bagi yang pandai bersyukur, tak usahlah tersungkur di gerigi pesimis kehidupan karena kita hanya akan menjadi bahan gunjingan yang tak sedap.

Terlampau singkat hanya memberi kesan suram bagi jalan kita, karena kasih sayang yang diberikan alam pada kita adalah ajaran alamiah yang patut direnungkan. Jangan sekali-kali menyumbatnya dengan ego kita yang tak sepatutnya.

Plong kan kebersihan jiwa dalam anugerah, syair para burung itu menggelembungkan bahasa dinamika yang terus sempurna dalam mengiring damai proses ini, ayo alihkan isu genting yang mengakibatkan kiamat hati, tanpa nur bimbingan Tuhan, sematkan keikhlasan yang tumbuh pelan tapi pasti di tepi harapan yang ada.

Rumah hati, sangat fleksibel menampung satu dua dst para hati yang terus menyandar dan disandarkan karena semua rasa itu milik Tuhan yang dititipkan pada kita, agar kita tidak mudah terlena. Allah A'lam.

Read more.....