Sindrome Berita Heboh Ariel dan Luna

Rabu, 09 Juni 2010

Cobaan lagi dan lagi-lagi cobaan. Kata yang indah buat semua permasalahan kita. Belum juga kelar satu permasalahan di negeri ini tentang korupsi, politik, penggusuran sekarang muncul berita yang sangat menghebohkan, yaitu beredarnya video tak senonoh yang diduga diperankan jagoan band papan atas tanah air (Ariel) dan juga presenter kondang(Luna maya dan Cut Tari).

Terlepas benar atau tidak para tokoh pemerannya, yang pasti berita ini sangat menyita perhatian publik yang tidak hanya meluangkan banyak waktu untuk mencari seperti apa serunya, tetapi juga menghabiskan dana yang kalau dikumpulkan bisa mencapai milyaran rupiah guna mendapatkan video tsb, sungguh sesuatu yang sia-sia.

Seorang psikolog Indonesia yang sering nongol di televisi (Ratih Ibrahim) memberikan sumbang sarannya, bahwa perkembangan teknologi tak akan bisa dibendung pengaruhnya baik berupa hal baek ataupun buruk. Jadi yang bisa mempressure anak-anak agar jangan sampai melangkah ke ajang orang dewasa ya tentu orang tua dan keluarga. Mari jadikan keluarga tempat kekurangtahuan anak-anak sehingga mereka mengerti dengan bahasa yang lebih tertib. Sehingga arus perkembangan teknologi tetap bisa diambil manfaatnya dari pada mudlaratnya.

Tentunya kita paham betul bahwa yang akan menerima dampaknya pastilah anak-anak yang belum mengerti akan dampak negatifnya, setelah mereka menonton hal-hal yang belum dipagari dengan pengetahuan. Apalagi remaja yang baru puber dengan segala agresifitasnya kalau tak rapat-rapat keluarga terutama orang tua menjaga agar jangan sampai kebablasan dalam menyikapi berita yang notabene khusus dewasa ini pastilah mereka akan terkena sindrome pornografi yang akan membahayakan masa depan mereka.

Jangan bugil di depan kamera, Soni Setiawan adalah tokoh pelopor yang sangat aktif mengkampanyekan agar pengaruh dan budaya pornografi dapat ditekan seminimal mungkin. Dari tahun 2007 sudah ada 500 video porno di Indonesia, sampai 2009 tercatat 900 video. Meski masih venomenal angkanya namun sang Aktivis dan kawan-kawan tetap tak patah arang untuk bersosialisasi dari kampus dan sekolah ke kampus dan sekolah yang lain seluruh Indonesia.

Kalau orang lain yang tidak ada ikatan darah dengan kita peduli akan nasib dan masa depan anak-anak kita, bagaimana dengan kita para orang tua, kakak, saudara dsb yang masih ada hubungan darah dg buah hati???

Read more.....