Suara Langit

Jumat, 19 Maret 2010

Musim kian tak menentu, di saat dulu musim hujan bisa jadi sekarang kemarau pun di saat dulu kemarau bisa jadi sekarang hujan terus menerus. Lalu apa peduliku mengintip hari-hari seperti ini, usahakan yang diambil resapi yang baik-baik saja.

Seperti hari ini semringah hari yang tertutup mendung tak membuatku dan para pencari ilham hidup layu lunglai dalam bekapan awan gulita. Masih saja terdengar suara indah menyanjung kelemahan. Ketika matahati ini benar-benar mengintip tajuk kebaikan membelai mesra. Betapa hilir mudik kata seorang Khatib mengalun penuh kasih terhadap sesama, dimulai syukur shalawat doa hingga cerita yang penuh makna.

Masa sepasang suami istri berikhtiar untuk menunaikan haji. Dalam kesederhanaan transportasi kala itu tak menutup niatnya untuk sampai di Masjidil Haram kota Makkah Al-Mukarramah dan juga Madinatul Munawwarah.

Jarak ribuan mil ditempuh untuk sebuah cinta, Cinta pada Allah dan Rasul-Nya, sehingga berkembang menjadi cinta terhadap sesamanya. Diterpa keletihan yang teramat sangat, tibalah kedua hamba Allah itu di suatu wilayah yang luar biasa panas, kering dan juga memprihatinkan.


Sembari istirahat ditemuinya penduduk sekitar sakit, lapar, dahaga, menangis, bahkan sampai banyak yang meninggal. Sebagai sesama ternyata sang istri merasa tak tega dengan keadaan yang memilukan tersebut. Jari-jari keikhlasan mulai bergerak menyambangi satu persatu yang membutuhkan membedah bekal yang seyogyanya untuk menunaikan ibadah haji. Subhaanallah rupanya cahaya kemanusiaan yang timbul telah menanggalkan niat ibadah.

Tanpa sadar habislah semua yang dibawa hanya tinggal ongkos untuk seperjalanan saja. Meski demikian daun-daun keikhlasan begitu rimbun menyejukkan pohon iman mereka. Tatkala dirasa bantuan yang diberi telah optimal pulanglah nur kebaikan ini tanpa predikat haji mabrur karena sebelum sampai ke tujuan telah habis bekal yang dibawa.

Baitiy Jannatiy, Alhamdulillah samapi juga keduanya di syurganya, belum hilang rasa capek penat karena perjalanan datanglah seseorang berpakaian sangat putih mengucapkan salam dan memberitahukan kepada mereka : "Allah telah menerima haji kalian karena ikhlas kalian dengan HAJJAN MABRUURAA".

Subhaanallah, pentingkah predikat dimata manusia, perlukah berhaji sampai berkali-kali tetapi orang-orang di sekeliling kita membutuhkan uluran tangan kita?? Hanya nurani dari cahaya iman kita yang mungkin mampu menjawab.

Itulah suara langit yang ku intip dengar merdu indah Astaghfiirullah.



Read more.....